Artidjo Alkostar pada awal masa dirinya mulai bekerja, dirinya menetap dirumah kontrakan di daerah Cikini, Jakarta Pusat. Untuk berangkat kerja dan bisa sampai dikantor Makamah Agung, dirinya menggunakan Bajaj namun bajaj yang dia tumpangin tidak diperbolehkan masuk melalui gerbang depan MA dan harus melewati pintu gerbang samping.
Selama berbulan-bulan kerja di Makamah Agung, Artidjo berhasil mengumpulkan uang sebanyak Rp.60 Juta. Dari pendapatannya tersebut dia mengajak kawan sekontrakannya, Ari untuk membeli mobil baru dan tidak mau membeli mobil bekas.
Kemudian Artidjo diajak Ari ke Showroom untuk membeli mobil mewah. Ari mengerjai Artidjo yang saat itu malah menyuruhya untuk membeli Mobil Hummer. Artidjo marah dan beralih ketempat lain hingga akhirnya memilih untuk membeli mobil Chevrolet Spark berwarna Perak dan menambah Rp.20 juta dari tabungannya. Ungkapan Artidjo ini pada bukunya berjudul “Alkostar” dihalaman 141.
Setelah itu Ari diberi uang Rp.1 juta oleh Artidjo untuk belajar mengemudi. Ari pun menjadi Supir pribadinya sampai pensiun.
Selain itu Artidjo mengawal karir menjadi Hakim Agung berawal dari menjadi Aktivis jalanan. Istilah tidak betah dikantor untuk Artidjo pun disematkan oleh Busyro Muqoddas. Tapi pandangan mengenai dirinya tersebut dijawab Artidjo.
Sejak diputuskan menjadi Hakim Agung pada September 2000 sampai 22 Mei 2018, dirinya tidak pernah cuti. Ungkapan Artidjo ini pada bukunya berjudul “Alkostar” dihalaman 200.
Artidjo hanya pernah tidak masuk kantor selama 9 bulan. Hal tersebut dilakukannya karena mendapatkan beasiswa selama 9 Bulan di Amerika Serikat.